Sabtu, 30 Mei 2009

Soeharto dan PKS

Geram adalah kata yang paling tepat setelah gw ngeliat iklan PKS di tv yang nampilin soeharto bersama Pahlawan-Pahlawan Indonesia. Gw ga habis pikir bagaimana bisa sebuah partai yang turut lahir bersamaan dengan membahananya reformasi di negeri ini dan yang selalu mangklaim dirinya sebagai partai "bersih" malah menampilkan sosok yang selama reformasi berlangsung berusaha dijatuhkan. Reformasi sendiri saja sudah memakan korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit, apalagi selama pemerintahan soeharto yang 32 tahun. gw ga habis pikir bagaimana seorang yang dipercaya telah menyelewengkan bergitu banyak uang negara, melakukan pelanggaran HAM, menistakan Soekarno, dan melaksanakan pemerintahan teror bisa disandingkan dengan sosok-sosok besar paling berjasa terhadap negeri ini.

Ketika menjelang ajal, soeharto tidak habis dipersalahkan atas perbuatannya semasa hidup, tetapi yang menjunjungnya juga tidak kalah banyak, termasuk si PKS itu. Padahal sebenarnya soeharto boleh saja kalau dibilang "berbahagia" menjelang ajalnya, karena mendapatkan perawatan yang super telaten, pemberitaan setiap 10 menit yang konsisten, kunjungan rekan kerabat, dan doa serta sanjungan dari kroni-kroninya. Mereka tiba2 merasa berhak untuk mengajak rakyat memaafkan soeharto, karena bagaimanapun ia berjasa terhadap bangsa ini. Menurut mereka Soekarno juga melakukan kesalahan tetapi akhirnya juga mendapat gelar pahlawan walaupun sebatas proklamator.

Bagaimana mungkin mereka menginginkan soeharto mendapat perlakuan sama dengan Soekarno berkaitan dengan kesalahannya. Soekarno mengakhiri jabatan melalui proses yang tidak lazim, kemudian ia dijadikan tersangka atas sebuah kasus yang sejatinya merupakan upaya kudeta terhadap dirinya, namun kudeta tersebut gagal. Sekali lagi, bagaimana mungkin seorang Presiden melakukan sebuah upaya untuk menjatuhkan dirinya sendiri. Kalau kudeta tersebut dianggap gagal, mengapa Soekarno tetap jatuh??. Dengan status tersangka, Soekarno kemudian mengakhiri sisa hidupnya sebagai tahanan rumah tanpa pernah diadili, bandingkan dengan soeharto yang selalu mangkir kalo dipanggil ke pengadilan tapi masih bisa cengengesan waktu dateng ke kawinan cucunya. Dalam tahanan rumah, Soekarno jatuh sakit, komplikasi, ia tetap sebagai mantan presiden. Meski begitu jangan pernah sedikit pun anda bayangkan perawatan Soekarno seperti perawatan soeharto, bedanya seperti bumi dan langit. Kalo kroni-kroni soeharto hilir mudik buat rumah sakit buat sekedar membesuk maka tidak ada seorang pun kecuali mendapat izin dari pemerintahannya soeharto waktu itu dapat membesuk Soekarno. Soekarno bahkan tidak diperbolehkan membaca koran. Di saat kroni-kroni soeharto memuji habis2an, mengajak semua rakyat Indonesia memaafkannya seperti si PKS itu, dan mengusulkannya sebagai pahlawan, maka pada waktu Soekarno sakit, siapa saja yang beritikad sekalipun untuk membela Bung Besar ini pasti segera disingkirkan. soeharto mati dalam kemewahan, Soekarno wafat dalam keadaan yang sangat menyedihkan, ia "dibunuh" oleh rakyatnya sendiri, yang sedari muda dengan gigih ia perjuangkan kemerdekaannya, dengan rela dibuang dan dipenjara. Soekarno boleh dibilang sebagai diktator pada masa kepemimpinannya, tetapi ia bersih dari korupsi dan pelanggaran HAM.

Sekarang sekali lagi, coba pikirkan kembali, renungkan kembali, camkan kembali, perjuangan ribuan mahasiswa pada 1998. Coba kita sedikit berempati dengan korban2 kekerasan Orde Baru, dengan pahlawan reformasi, dengan mereka yang menjadi korban selama reformasi tersebut berlangsung, sehingga sekarang kita bisa dengan leluasa mengatur masa depan kita sendiri.

SETIAP USAHA MENGEMBALIKAN SOEHARTO KE ALAM REFORMASI INI AKAN MENDAPATKAN PERLAWANAN YANG BERJUTA KALI LEBIH HEBAT!!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar