Rabu, 22 Juli 2009

Stalin, Durian, dan Hitler... sebuah catatan sejarah asal-asalan... Edisi I


(Paduan membaca: anda setidaknya harus menguasai pengetahuan dasar tentang sejarah Soviet, Indonesia, Komunisme, Kapitalise, Perang Napoleon, dan Perang Dunia II, jika tidak, saya yakin anda hanya akan tahan sampai paragraf pertama saja. Informasi sejarah di tulisan ini tidak akurat, karena sudah diubah seenaknya oleh penulis untuk kepentinganya sendiri. Selamat Membaca..)

Suatu waktu di Uni Soviet, Stalin pemimpin tertinggi negara itu ingin mengunjungi perkebunan durian (kita sebut saja durian komunis, setuju!!!?). Stalin ingin mencicipi aroma alkohol dari durian komunis yang menurut penelitian profesor pertanian Soviet mencapai kadar 40%. Stalin terpaksa pergi ke kebun Durian (yang merupakan lambang kapitalisme) karena semua pabrik vodka di Soviet dari Leningrad sampai Vladivostok ludes terbakar api (terlalu mengada-ada... tapi tak apalah). Stalin merasa hari itu ada yang kurang karena biasanya ia memulai pagi hari dengan sarapan bubur gandum orak-arik dengan segelas vodka hangat.

Ketika medengar bahwa Sang Kamerad Agung akan datang, seluruh penghuni kebun durian panik termasuk hama-hama yang bisanya merusak panen. Mereka terpaksa pindah ke ladang padi liar yang miskin gizi. Bahkan si pohon durian yang agak mengkerut karena udara musim dingin -40 derajat celcius terpaksa berdiri tegak dan segera merapikan buah serta daun-daunnya. Tidak ada daun yang dibiarkan jatuh karena pasti akan terdengar oleh anggota KGB yang telinganya ada dimana-mana. "dimana ada angin berhembus, di situlah KGB berada", itulah semboyannya kira-kira.

Petani durian komunis yang bisanya petantang-petenteng karena memiliki kekayaan yang luar biasa akibat bisnis duriannya, mengganti gaya mereka dengan gaya proletar yang sedang ngetren ketika itu, baju lusuh dan kalung paluarit segede jam dinding. Oiya, petani-petani durian komunis tersebut mendapatkan uang mereka dari berdagang durian ke Asia Timur dan Tenggara (karena di Eropa Barat dan Amerika ga Laku...). Mereka memberikan label Komunis Asli terhadap buah yang merupakan lambang kapitalisme (pada masa itu). Mereka menyebar mulai dari Cina sampai Indonesia di selatannya... Itulah mengapa sekarang banyak tumbuh durian di Indonesia dan Asia Tenggara. Durian pada masa itu di Indonesia adalah simbol perjuangan melawan penjajah yang dilambangkan dengan pisang. Maka durian komunis itu mulai menjadi kesukaan Semaun, Darsono, Alimin, Tan Malaka, Musso, Sukarno, bahkan Hatta... Natsir, Agus Salim dkk tidak mau makan durian karena mengandung alkohol (haram). Sementara menurut Sukarno, "tidak apa2 maka durian (meski mengandung alkohol) asal tidak sampai mabuk", Semaun, Alimin, dan Darsono paling doyan sama buah ini, mereka suka makan sampe mabuk, tau-tau sudah ada di Digul, Moskow, bahkan Peking... begitulah cerita singkatnya.

Kembali lagi ke kebun durian...

Mobil-mobil tentara merah mulai memasuki perkebunan. Stalin ada di Mobil paling reot (sebagai lambang penderitaan rakyat) diantara kerumunan mobil kotak-kotak yang beriringan. Rombongan Stalin berhenti di pondokan yang selalu dijadikan tempat menimbang durian yang akan di jual nantinya. Stalin dan pengikutnya memasuki ruangan yang sangat bersih (karena tidak ada sebutir debu pun berani menampakan diri). Mereka duduk di meja panjang yang telah tersusun rapi menunggu dihidangkannya durian terbaik dari seluruh dunia.

DURIAN SALJU

adalah durian komunis yang paling bagus kualitasnya di jagad raya ini (karena bisa dijamin tidak ada pohon durian di planet lain). Buahnya besar, diameternya sama dengan diameter ban mobil yang dinaiki Stalin, Juring-juringnya tertata rapi dengan bentuk buah bulat sempurna dengan duri-duri tajam dan kokoh. Daging buahnya sebesar kentang Siberia tetapi bijinya hanya sebesar mata Stalin, warna daging buahnya seputih salju (makanya namanya durian salju), teksturnya lembut tetapi tetap renyah sehingga tidak nyangkut-nyangkut di kumisnya Stalin (yang kaya pager buat hidungnya yang besar). Rasa buahnya manis dengan rasa pahit yang eksotis (karena mengandung alkohol), namun dalam perimbangan yang sangat tepat.

Begitulah profil singkat durian salju, sekarang mari kita kembali ke pondokan untuk mengetahui cerita selanjutnya....

Stalin mulai menyantap durian yang dihidangkan dengan lahap. Kebiasaannya menenggak vodka membuatnya tidak bermasalah ketika harus menghabiskan 2 buah Durian Salju hanya dalam waktu 10 menit.. Sebenarnya ia ingin tambah lagi, tapi hari itu ada pertemuan dengan utusan Hitler untuk membahas perjanjian non-agresi. Inilah Stalin, meski ia terbiasa menenggak vodka bukan berarti 2 buah Durian Salju yang baru saja dimakannya tidak membuatnya mabuk sama sekali, meski sedikit ada juga pengaruh buat otaknya yang juga sedikit itu. Maka, dalam pengaruh alkohol durian, ia menyaksikan utusannya -Molotov- menandatangani perjanjian dengan rezim Hitler. Sayangnya semua rombongan Soviet dalam pertemuan itu berada dalam pengaruh Durian Salju, jadi mereka tertawa-tawa saja begitu perjanjian itu selesai ditandatangani.

Tiga tahun kemudian, tiba-tiba pasukan Jerman masuk wilayah Soviet melalui Finlandia -yang tentu saja bukan untuk pesta durian- dan langsung menuju kota di tepi sungai Volga yang punya nama seperti nama Sang Kamerad Agung. Stalin marah-marah, ia ngamuk, bagaimana mungkin Hitler berani merangsek ke wilayahnya setelah menandatangani perjanjian non-agresi??? begitu bentaknya kepada semua petinggi militer Soviet yang baru saja pesta Vodka (dalam 3 tahun revitalisasi Industri Vodka berhasil rupanya). Salah seorang Jenderal bergumam "kau saja yang bodoh kamerad, siapa suruh bikin perjanjian dalam keadaan mabuk, sudah jelas perjanjian non-agresinya hanya 2 Tahun 11 Bulan 29 Hari, wajar saja kalau Hitler menyerang sekarang karena memang waktu perjanjiannya sudah habis". Celakalah si Jenderal barusan, meskipun ia bergumam, tetapi ia bergumam dalam bahasa Rusia yang sangat dipahami Stalin. Jendral nakal itu pun langsung di kirim ke medan perang. Kabar yang datang kemudian si Jenderal ditawan pasukan Hitler dan malah menjadi sahabat sang Fuhrer. Stalin dongkol...

Hampir 3 tahun berjuang di luar tanahnya sendiri, akhirnya pasukan Hitler mundur karena Musim dingin yang dahsyat (Hei Hitler...!!!! apa cerita tentang Napoleon tidak ada yang diterjemahkan kedalam bahasa Jerman????). Stalin tidak puas kalau hanya menang di kandang, maka ia pun memerintahkan pasukannya untuk terus mengejar pasukan Hitler sampai Bersin. eh salah... Berlin. Hitler ga nyangka kalau Stalin jadi nekat kalau lagi marah, padahal maksudnya cuma bercanda aja. Begitu dapat kabar kalau tentara merah sudah mengepung bunkernya, Hitler pun memutuskan untuk keluar menghadapai tentara merah sendirian. "Kau pikir aku takut.." begitu pekik Hitler dari dalam bunker. Hitler pun keluar sambil membawa granat di tangannya... kunci granat sudah dilepaskan, ia siap melempar, tapi tentara merah melepaskan tembakan kearahnya. Hitler berlindung di balik drum bensin yang di isi pasir. Ia taruh granatnya di kantong bajunya dan meraih pistol di pinggangnya kemudian membalas tembakan ke arah tentara merah. (Baru kali ini perang ya mas Hitler??? kunci granatnya kan udah di buka???) Bummmmmmmmmmmmmmmmmm......
suara ledakan dari balik drum. Hitler tewas....

Stalin senang luar biasa mendengar kabar kalau Hitler tewas karena granatnya sendiri. "Dasar Gay maniak... kau memang pantas mati" berulang kali Stalin teriak-teriak seperti itu di ruangnya. "Hitler itu katrok, masa bulu hidung dibiarkan tumbuh gondrong sampe bibir begitu... dikiranya ia bakal bikin tren". Gumam Stalin dalam bahasa Rusia yang sudah diterjemahkan.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar